Thursday, September 27, 2012

The IntroDUCKtion to The Life and Times of Scrooge McDuck

Ada sebuah ungkapan, war destroy men, but luxury destroy mankind. Dramawan Amerika abad 20, Tenessee Williams juga mengatakan "luxury is the wolf at the door and its fangs are the vanities and conceits germinated by success".Kemewahan tidak lagi manusiawi ketika kemewahan itu tidak memperhatikan kemiskinan di sekitarnya. Bahkan, ketika seseorang mempunyai uang segudang, sulit rasanya untuk menolak hidup bermewah-mewah. Jika ada yang seperti itu, mungkin hanya Scrooge McDuck.

Scrooge McDuck tidak pernah mau bermewah-mewah. Ia tidak mau membuang uang untuk sesuatu yang non-profit. Bahkan, ia terkesan kikir dan pelit. Dia adalah tipe kapitalis abad ke-20 yang berprinsip “mengeluarkan sedikit untuk mendapatkan banyak”. Selama dua puluh tahun hidup saya, Scrooge McDuck (disini dikenal dengan nama Gober Bebek) telah menjadi tokoh yang spesial; berkat dia untuk pertama kalinya saya belajar bahwa punya uang segudang tidak berarti kaya. Scrooge adalah paradoks, ketika semua tokoh fiksi yang kaya begitu royal menghamburkan uangnya, ia sebisa mungkin tidak membelanjakannya untuk hal-hal yang tak perlu. Ia tidak punya mobil, tidak tinggal di rumah mewah, makan pun menumpang di rumah Donald, bahkan lebih memilih untuk mengais-ngais tempat sampah untuk mencari koran hari itu daripada mengeluarkan uang beberapa sen.

Scrooge McDuck, yang berwujud bebek itu, lebih manusiawi daripada manusia. Ia adalah keturunan terakhir dari klan McDuck, klan yang telah hidup selama sepuluh abad di Dismal Downs, Skotlandia. Scrooge muda hidup amat miskin bersama orangtuanya, Fergus dan Downy, dan dua adiknya, Matilda dan Hortense. Tepat di ulang tahunnya yang kesepuluh, ia memulai pekerjaan pertamanya, yaitu menyemir sepatu di jalanan Glasgow dengan tarif lima pence. Upah pertamanya adalah sekeping uang sepuluh sen Amerika, yang kemudian menjadi keping keberuntungannya (his number one dime-the lucky dime). Scrooge muda, yang belajar bahwa dunia itu penuh orang-orang curang (karena ia dibayar dengan uang Amerika yang tidak laku) bersumpah:

“I’ll be tougher than the toughest, and sharper than the sharpest... And i’ll make my money square.”

Sepuluh sen itu menjadi titik awal kekayaannya yang berjumlah lima multiplujillion, sembilan imposibidillion, tujuh fantasticatrillion dollar, dan tujuh sen. Scrooge muda pergi sendirian meninggalkan keluarganya di Glasgow untuk pergi ke Amerika pada umur tiga belas tahun. Dari situ, ia memulai petualangannya hingga ia mempunyai banyak julukan: The Buckaroo of Badlands, The Maverick of Montana Cattle Wars, The Pizen of Pizen Bluff, The Terror of Transvaal, dan julukannya paling legendaris adalah The King of Klondike. Ia menjadi nahkoda kapal uap di Missisippi, cowboy, dan terakhir menjadi pencari emas. Di Klondike, sebelah barat Yukon, Kanada, kekayaannya dimulai ketika ia berhasil mendapat biji emas sebesar telur angsa (goose egg nugget). Semenjak itu, ia menjadi jutawan, melebarkan usahanya hingga ia menguasai banyak perusahaan. Ia menjadi milyuner; seorang tycoon.

Sejarah Scrooge telah disusun dengan baik oleh komikus Carl Barks tahun 1950-an. Geoffrey Blum dalam satu tulisannya mengatakan bahwa Barks menggunakan ide yang brilian untuk menulis Scrooge sebagai seorang pencari emas. Hal itu membuat Barks mempunyai titik yang tepat dalam alur waktu: Yukon Gold Rush tahun 1890-an, yang menjadi titik awal kekayaan Scrooge. Hal itu juga membuat sejarah Scrooge sesuai dengan logika dan time frame. Saga Klondike terasa sangat Amerika dengan heroisme, keingkaran yang compang-camping, dan kekayaan instan. Kisah itulah yang membuat Scrooge McDuck immortal, melegenda sebagai King of Klondike. Mungkin terlintas juga untuk membuat Scrooge bermula sebagai seorang oil baron, namun tidak. McDuck had to be a sourdough.

Don Rosa kemudian diminta Disney untuk menulis mengenai Scrooge McDuck, dan ia melakukannya hingga terbitlah The Life and Times of Scrooge McDuck di tahun 1991. Karya ini cukup komprehensif, tetapi Don Rosa menolak untuk mengatakan bahwa versinya adalah kisah resmi Scrooge McDuck. Menurutnya, The Life and Times of Scrooge McDuck bukanlah apa-apa, melainkan penceritaan pribadi mengenai kehidupan McDuck. Ia mengatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi pembaca atau penulis lain untuk merujuk The Life and Times of Scrooge McDuck sebagai versi resmi. Mungkin Don Rosa ingin menghormati Jack Chalkers yang telah merampungkan versinya mengenai kehidupan Scrooge dari fakta-fakta dalam 70 edisi pertama komik Scrooge McDuck. Tetapi, saya merasa bahwa Don Rosa telah berhasil meneruskan usaha Barks dengan baik. Scrooge menjadi tipe orang 90-an: tangguh, pintar, dan melawan dunia sendirian.

Scrooge yang perlahan-lahan ditinggal orang-orang di sekitarnya akan sendirian di akhir hayatnya jika ia tidak bertemu keponakannya, anak Hortense McDuck, Donald. Donald yang pemarah dan menurut Scrooge “berotak melempem” itu bersama tiga ponakannya adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Scrooge. Scrooge tua kembali mengalami petualangan-petualangan seperti di masa mudanya dulu, kali ini ditemani Donald, Huey, Dewey, dan Louey. Mereka berempat mengingatkan Scrooge kepada masa mudanya dahulu. Di mata orang terakhir dari klan McDuck, Donald dan tiga ponakannya adalah The True McDuck. Dalam komik yang lain diceritakan bahwa Donald Duck dan Gladstone Gander bersaing untuk membuktikan diri sebagai pewaris kekayaan Scrooge McDuck. Namun, saya ragu jika Gladstone yang menjadi pewaris Scrooge, betapa pun beruntungnya ia (memang secara implisit sepertinya Scrooge akan meneruskan kekayaannya kepada Huey, Dewey, dan Louey).

Ketika saya mengetahui bahwa Kisah Hidup Paman Gober telah terbit di Indonesia, saya bersyukur bahwa pengalaman saya dalam membaca The Life and Times of Scrooge McDuck bisa dirasakan oleh lebih banyak orang di Indonesia. Namun, ada kekhawatiran bahwa banyak unsur-unsur yang hilang dalam penerjemahannya, karena Don Rosa sering sekali bermain-main dengan lelucon verbal dan aksen tokoh-tokohnya. Namun, hal itu telah menjadi masalah klasik dalam penerjemahan, semoga sang penerjemah cukup handal untuk menyetir kata-kata dengan baik sehingga unsur-unsur yang hilang itu bisa diminimalisasi.

Terus terang, mungkin inilah satu-satunya komik yang bisa membuat saya menangis terharu (bukannya sok romantis, tetapi itulah kenyataannya). Saya ingin lebih banyak orang merasakan apa yang saya rasakan ketika membaca kisah Scrooge yang miskin, jatuh bangun mencapai cita-citanya, dan tenggelam dalam kesendiriannya. Scrooge adalah orang yang jujur. Ia tidak pernah melanggar hukum untuk menjadi kaya dan ia hanya pernah berutang sekali dalam hidupnya, kepada seorang lintah darat bernama Soapy Slick. Scrooge McDuck adalah renungan bagi orang-orang dewasa; The Life and Times of Scrooge McDuck bukan komik picisan, namun karya yang mempunyai makna amat luas dan dalam. Manusia bisa belajar dari McDuck dalam hal kerja keras, petualangan, dan arti kekayaan sesungguhnya.

“Scrooge McDuck—King of The Klondike. He was tougher than the toughies, smarter than the smarties, and he made it square!”
(inscription marked on the statue of Scrooge McDuck in Dawson City, Yukon—in Uncle Scrooge issue “Last Sled to Dawson”)

No comments:

Post a Comment