Ada sebuah ungkapan, war destroy men, but luxury destroy mankind. Dramawan Amerika abad 20, Tenessee Williams juga mengatakan "luxury is the wolf at the door and its fangs are the vanities and conceits germinated by success".Kemewahan
tidak lagi manusiawi ketika kemewahan itu tidak memperhatikan
kemiskinan di sekitarnya. Bahkan, ketika seseorang mempunyai uang
segudang, sulit rasanya untuk menolak hidup bermewah-mewah. Jika ada
yang seperti itu, mungkin hanya Scrooge McDuck.
Scrooge McDuck tidak pernah mau bermewah-mewah. Ia tidak mau membuang uang untuk sesuatu yang non-profit.
Bahkan, ia terkesan kikir dan pelit. Dia adalah tipe kapitalis abad
ke-20 yang berprinsip “mengeluarkan sedikit untuk mendapatkan banyak”.
Selama dua puluh tahun hidup saya, Scrooge McDuck (disini dikenal dengan
nama Gober Bebek) telah menjadi tokoh yang spesial; berkat dia untuk
pertama kalinya saya belajar bahwa punya uang segudang tidak berarti
kaya. Scrooge adalah paradoks, ketika semua tokoh fiksi yang kaya begitu
royal menghamburkan uangnya, ia sebisa mungkin tidak membelanjakannya
untuk hal-hal yang tak perlu. Ia tidak punya mobil, tidak tinggal di
rumah mewah, makan pun menumpang di rumah Donald, bahkan lebih memilih
untuk mengais-ngais tempat sampah untuk mencari koran hari itu daripada
mengeluarkan uang beberapa sen.
Scrooge McDuck, yang berwujud
bebek itu, lebih manusiawi daripada manusia. Ia adalah keturunan
terakhir dari klan McDuck, klan yang telah hidup selama sepuluh abad di
Dismal Downs, Skotlandia. Scrooge muda hidup amat miskin bersama
orangtuanya, Fergus dan Downy, dan dua adiknya, Matilda dan Hortense.
Tepat di ulang tahunnya yang kesepuluh, ia memulai pekerjaan pertamanya,
yaitu menyemir sepatu di jalanan Glasgow dengan tarif lima pence. Upah
pertamanya adalah sekeping uang sepuluh sen Amerika, yang kemudian
menjadi keping keberuntungannya (his number one dime-the lucky dime).
Scrooge muda, yang belajar bahwa dunia itu penuh orang-orang curang
(karena ia dibayar dengan uang Amerika yang tidak laku) bersumpah:
“I’ll be tougher than the toughest, and sharper than the sharpest... And i’ll make my money square.”
Sepuluh
sen itu menjadi titik awal kekayaannya yang berjumlah lima
multiplujillion, sembilan imposibidillion, tujuh fantasticatrillion
dollar, dan tujuh sen. Scrooge
muda pergi sendirian meninggalkan keluarganya di Glasgow untuk pergi ke
Amerika pada umur tiga belas tahun. Dari situ, ia memulai petualangannya
hingga ia mempunyai banyak julukan: The Buckaroo of Badlands, The
Maverick of Montana Cattle Wars, The Pizen of Pizen Bluff, The Terror of
Transvaal, dan julukannya paling legendaris adalah The King of
Klondike. Ia menjadi nahkoda kapal uap di Missisippi, cowboy, dan
terakhir menjadi pencari emas. Di Klondike, sebelah barat Yukon,
Kanada, kekayaannya dimulai ketika ia berhasil mendapat biji emas
sebesar telur angsa (goose egg nugget). Semenjak itu, ia menjadi jutawan, melebarkan usahanya hingga ia menguasai banyak perusahaan. Ia menjadi milyuner; seorang tycoon.
Sejarah
Scrooge telah disusun dengan baik oleh komikus Carl Barks tahun
1950-an. Geoffrey Blum dalam satu tulisannya mengatakan bahwa Barks
menggunakan ide yang brilian untuk menulis Scrooge sebagai seorang
pencari emas. Hal itu membuat Barks mempunyai titik yang tepat dalam
alur waktu: Yukon Gold Rush tahun 1890-an, yang menjadi titik awal
kekayaan Scrooge. Hal itu juga membuat sejarah Scrooge sesuai dengan
logika dan time frame. Saga Klondike terasa sangat Amerika dengan
heroisme, keingkaran yang compang-camping, dan kekayaan instan. Kisah
itulah yang membuat Scrooge McDuck immortal, melegenda sebagai King of Klondike. Mungkin terlintas juga untuk membuat Scrooge bermula sebagai seorang oil baron, namun tidak. McDuck had to be a sourdough.
Don Rosa kemudian diminta Disney untuk menulis mengenai Scrooge McDuck, dan ia melakukannya hingga terbitlah The Life and Times of Scrooge McDuck
di tahun 1991. Karya ini cukup komprehensif, tetapi Don Rosa menolak
untuk mengatakan bahwa versinya adalah kisah resmi Scrooge McDuck.
Menurutnya, The Life and Times of Scrooge McDuck bukanlah
apa-apa, melainkan penceritaan pribadi mengenai kehidupan McDuck. Ia
mengatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi pembaca atau penulis lain
untuk merujuk The Life and Times of Scrooge McDuck sebagai versi
resmi. Mungkin Don Rosa ingin menghormati Jack Chalkers yang telah
merampungkan versinya mengenai kehidupan Scrooge dari fakta-fakta dalam
70 edisi pertama komik Scrooge McDuck. Tetapi, saya merasa bahwa Don
Rosa telah berhasil meneruskan usaha Barks dengan baik. Scrooge menjadi
tipe orang 90-an: tangguh, pintar, dan melawan dunia sendirian.
Scrooge
yang perlahan-lahan ditinggal orang-orang di sekitarnya akan sendirian
di akhir hayatnya jika ia tidak bertemu keponakannya, anak Hortense
McDuck, Donald. Donald yang pemarah dan menurut Scrooge “berotak
melempem” itu bersama tiga ponakannya adalah satu-satunya keluarga yang
dimiliki Scrooge. Scrooge tua kembali mengalami petualangan-petualangan
seperti di masa mudanya dulu, kali ini ditemani Donald, Huey, Dewey, dan
Louey. Mereka berempat mengingatkan Scrooge kepada masa mudanya dahulu.
Di mata orang terakhir dari klan McDuck, Donald dan tiga ponakannya
adalah The True McDuck. Dalam komik yang lain diceritakan bahwa
Donald Duck dan Gladstone Gander bersaing untuk membuktikan diri sebagai
pewaris kekayaan Scrooge McDuck. Namun, saya ragu jika Gladstone yang
menjadi pewaris Scrooge, betapa pun beruntungnya ia (memang secara
implisit sepertinya Scrooge akan meneruskan kekayaannya kepada Huey,
Dewey, dan Louey).
Ketika saya mengetahui bahwa Kisah Hidup Paman Gober telah terbit di Indonesia, saya bersyukur bahwa pengalaman saya dalam membaca The Life and Times of Scrooge McDuck
bisa dirasakan oleh lebih banyak orang di Indonesia. Namun, ada
kekhawatiran bahwa banyak unsur-unsur yang hilang dalam penerjemahannya,
karena Don Rosa sering sekali bermain-main dengan lelucon verbal dan
aksen tokoh-tokohnya. Namun, hal itu telah menjadi masalah klasik dalam
penerjemahan, semoga sang penerjemah cukup handal untuk menyetir
kata-kata dengan baik sehingga unsur-unsur yang hilang itu bisa
diminimalisasi.
Terus terang, mungkin inilah satu-satunya komik
yang bisa membuat saya menangis terharu (bukannya sok romantis, tetapi
itulah kenyataannya). Saya ingin lebih banyak orang merasakan apa yang
saya rasakan ketika membaca kisah Scrooge yang miskin, jatuh bangun
mencapai cita-citanya, dan tenggelam dalam kesendiriannya. Scrooge
adalah orang yang jujur. Ia tidak pernah melanggar hukum untuk menjadi
kaya dan ia hanya pernah berutang sekali dalam hidupnya, kepada seorang
lintah darat bernama Soapy Slick. Scrooge McDuck adalah renungan bagi
orang-orang dewasa; The Life and Times of Scrooge McDuck bukan
komik picisan, namun karya yang mempunyai makna amat luas dan dalam.
Manusia bisa belajar dari McDuck dalam hal kerja keras, petualangan, dan
arti kekayaan sesungguhnya.
“Scrooge McDuck—King of The Klondike. He was tougher than the toughies, smarter than the smarties, and he made it square!”
(inscription marked on the statue of Scrooge McDuck in Dawson City, Yukon—in Uncle Scrooge issue “Last Sled to Dawson”)
No comments:
Post a Comment